Dewi's

76 : 24

ME 48, Gosok Gigi dan Peluk

2 comments
Hay hay hay, kalian semua, apa kabar? Semoga baik-baik aja ya, geng. Tetep semangat yaaa, karena aku semangat sekali untuk cerita kali ini hahaha. Yuk semangat, yuk!

Hari sabtu kemarin (27/9) adalah PKKM hari ke tiga. Seperti biasa kami kumpul di selasar oktagon pukul 6.15 lalu kami cek spek mandiri dulu biar nanti waktu cek spek bersama danlap nggak ada yang speknya salah atau kurang. Nah temen sekelompok aku, kemas, dia jam 7 kurang 10 itu belum datang juga. Aku telfon dan ternyata dia malah pulang ke kosan dulu buat mandi dan mandinya ngantri -_________- okay, lanjut, lupakan soal kemas. Lalu sekitar pukul 7 lewat beberapa menit kami berkumpul di selasar kebab untuk selanjutnya dimobilisasi yang dipimpin oleh pendahulu (ternyata namanya kak Arif dan ternyata baik juga seru hahaha) ke selasar gedung PLN. Disana kami bertemu taplok kami dan sampai saat itu kemas belum juga muncul. Lalu dia mucul dengan ngos-ngosan dan slayer hilang. Akhirnya dia minta izin untuk mencari slayernya dan untungnya ketemu!


Kami dimobilisasi lagi menuju selasar coffee toffee. Diminta langsung membentuk barisan dalam 20 hitungan sesuai janji kami kemarin. Kami diuji kehafalan NIM dan nama lengkap. Karena dalam posisi tertekan dan tidak bisa berpikir jernih, maka ada beberapa temanku yang salah menyebut nama dan nim. Kata danlap hafal nama dan nim itu indikator bahwa kami saling mengenal. Tapi secara pribadi, aku ga setuju dengan ucapan danlap. Dan kemas interupsi untuk hal itu. Hafal nama dan nim gak akan ada artinya kalau kita ga tau karakter sama sifatnya. Setelah diuji nama dan nim kami diuji PBB alias baris berbaris. Sayangnya kami masih belum tepat waktu, sehingga harus menambah 20 hitungan. Jadi kami harus menjalankan konsekuensi yang sebelumnya sudah kami sepakati. Karena Euis yang menjamin kami bisa membentuk barisan dalam 20 hitungan, jadi Euis terkena konsekuensi. Euis gak sepenuhnya salah, karena yang PBB bukan cuma Euis seorang, tapi ada kami, Pradawihaya. Yang baris berbaris itu Pradawihaya. Sempet ada miskom antara kami dan danlap. Kami kira saat kami tidak bisa membentuk barisan dalam 20 hitungan, konsekuensi yang kami terima adalah push up SATU seri untuk SEMUA hitungan keterlambatan. Tapi ternyata SATU seri untuk SATU hitungan keterlambatan. Sempet ada perdebatan gitu, padahal kami juga menjadi saksi. Agak kecewa sih, tapi yah apa daya. Dan setelah itu kami langsung meminta maaf sama Euis. Dan Euis juga kayaknya agak kepancing emosi waktu berdebat dengan danlap.

Flow mulai naik dan banyak yang teriak-teriak tadisnya. Kami juga diuji kehafalan lagu angkatan kami. Rey ternyata masih belum hafal lagu angkatan karena itu dia diminta maju ke depan sama danlap Fikri. Akhirnya Kadek dan Rey maju ke depan dan mereka diminta menyanyikan lagu angkatan bersama. Tiba-tiba ada seorang jenderil berkerudung menghampiri aku. “Tau gak  lagu angkatan udah dishare?” dengan nada yang kurang ramah menurut aku heheheh :D
“Siap tau, jenderil.” Kataku. Lalu jenderilnya bertanya lagi, “apa yang udah kamu lakuin? Kok masih ada yang belum hapal?” nadanya semakin tidak enak.
“Saya udah bantu temen-temen ngingetin dan ngafalin lagunya ke temen-temen, jenderil.” Jawab aku lagi, seadanya.
“Cuma itu doang? Gak ada lagi? Mana pedulinya?” kata Jenderil itu lagi.
“Maaf jenderil tapi menurut saya mengingatkan dan bantu temen ngafalin itu udah termasuk salah satu bentu kepedulian, jenderil.” Kataku.
“Satu doang bentuk kepeduliannya?” balas jenderil itu. Nah sebenernya aku mulai capek, karena aku yakin ini perdebatan gak akan ada ujungnya. “Daripada tidak sama sekali jenderil, satu aja udah menunjukan kepedulian menurut saya.”
Nah mulailah perdebatan tanpa ujung antara aku dan jenderil itu, jenderilnya keukeuh kalo aku tidak peduli sama angkatan karena cuma ngingetin doang. Sementara menurut aku, satu itu lebih baik daripada nol atau tidak sama sekali. Karena mulai capek dan kesal, akhirnya aku bertanya sama jenderilnya, “Maaf jenderil saya gak ngerti jenderil nanya apa, tolong jelasin lagi jenderil nanya apa, karena saya merasa pertanyaan jenderil berbeli-belit.”
“Apa yang udah kamu lakuin buat lagu angkatan kamu?” katanya. Jarak jenderilnya sama aku deket banget, jadi rambatan suaranya langsung masuk tepat ke telinga.
“Saya udah ngingetin dan bantu ngafalin lagu angkatan ke temen-temen yang belum hafal.” Kataku jelas.
“Itu aja?” kata jenderilnya (lagi).
“Siap iya, jenderil.” Kataku berusaha nggak kesel karena bagaimanapun jenderil lebih tua dari aku dan aku harus sopan.
“Nah bilang gitu aja susah, barusan kamu gak mau bilang kamu salah.” Sebentar, aku salah di sebelah mananya, ya? Sebenernya aku gak terima dibilang salah, karena aku gak merasa salah. Lah orang ngingetin orang kok dibilang salah. Karena gak mau memperpanjang perdebatan lagi, akhirnya aku cuma bilang, “okay.” Lalu aku langsung kembali memusatkan perhatian ke danlap. Jenderilnya gak tau bahwa sebenernya yang rekaman lagu angkatan itu adalah aku, tari dan yuki. Jadi di dalem rekaman lagu angkatan itu ada suara aku karena kami bertiga yang buat, kami bertiga yang nyanyi.

Atas ketidakhafalannya terhadap lagu angkatan, Rey dihukum push up. Nah saat ini terjadi kejadian tidak terduga di angkatan kami, seperti biasa. Waktu Rey push up itu Tari teriak dari belakang, “semangat, Rey!” dengan suara keras dan aksen Bali yang masih kerasa. Karena terlalu berinisiatif, Tari dihampiri jenderil, dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba Tari udah nangis waktu disuruh maju ke depan sama danlap. Danlapnya minta Tari untuk mengulangi kata-katanya barusan.
“Semangat teman-teman, jangan lupa tugas osjurnya, jangan lupa kuliah, jangan lupa mandi dan jangan lupa gosok gigi.” Katanya sambil nangis di depan. Saat mendengar kata gosok gigi itu, tawa aku langsung pecah. Beneran deh itu lucu banget, maksudnya, lagi diagitasi tapi ada yang ngingetin gosok gigi. Nurunin flow jadinya hahaha. Nah karena aku ketawa, akhirnya sama danlap yang ketawa disuruh maju ke depan. Yang maju ada tiga orang, Ningsih, Euis dan aku. Kami ditanya apa yang membuat kami tertawa dan aku menjawab aku tertawa karena mendengar tari mengingatkan untuk gosok gigi. Lalu danlap bertanya kepada tari, “Apa konsekuensi yang kamu berikan untuk mereka bertiga?”
Tari menjawab, “izinkan mereka tertawa lagi, Jenderal.” Dan kamipun tertawa berempat. Saat danlap meminta tari mengulang perkataannya, kami berempat malah tertawa di depan, dengan tari yang masih nangis. Refleks, aku bilang, “Tari juga semangat ya, jangan nangis lagi. Udah ya, gapapa.” Kataku sambil mengusap air mata Tari. Tanpa diduga tari malah melingkarkan kedua tangannya hingga akhirnya kami berpelukan di depan danlap! Ini adalah hal yang tidak pernah diduga akan terjadi saat osjur. OSJUR geng, OSJUR! Dan kamipun membuat kehebohan.

Setelah insiden pelukan itu kami kembali ke barisan dengan beberapa konsekuensi yang didapat:
  1. Untuk Rey harus hafal nama, NIM, karakter dan lagu angkatan.
  2. Hasby menggantikan Euis sebagai PJ Spek.
  3. Eusi masih berhutang 15 seri.
  4. Dan jika kami tidak bisa membentuk barisan dalam 40 hitungan, kami turun satu seri untuk setiap satu hitungan keterlambatan.
Itulah hasil agitasi hari itu. Selanjtunya kami dimobilisasi untuk diperkenalkan dengan berbagai macam alat meteorologi di taman alat. Satu alat yang paling menarik perhatian aku adalah Campbell Stokes, yaitu alat untuk mengukur lamanya penyinaran matahari di suatu tempat. Alatnya berbentuk seperti bola kaca para peramal. Itu beneran bulet bening mirip bola peramal. Kami juga dikenalkan dengan ala-alat lain seperti higrografi (pengukur kelembapan), anemometer (pengukur arah angin) dan lain-lain.  Lalu kami dikenalkan dengan lembar hasil penelitian, namanya lembar  ME48. Kenapa namanya ME48? Aku juga gak tau wkwkwk. Lembar ini berisi hasil penelitian dari mulai kelembapan, hasil pengukuran thermometer bola basah dan bola kering sampai jenis dan tipe awan yang terlihat.

Kami dimobilisasi lagi ke dalam labtek biru untuk diberi materi tentang tiga blok meteorologi; sains atmosfer, meteorologi lingkungan dan instrumentasi meteorologi. Aku sendiri tertarik dengan meteorologi lingkungan, kedengerannya masih ada biologi-biologinya hahaha. Saat penerangan materi ini hadir juga kakak-kakak dari HMTL (Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan), HMP (Himpunan Mahasiswa Planologi) dan HMFT (Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik). Dan kakak-kakak ini menjelaskan korelasi meteorologi dengan keilmuan mereka. Kerjanya gimana dan seperti apa juga mereka jelaskan hubungannya.

Setelah penerangan materi, kami dimobilisasi lagi ke selasar kebab untuk review materi dan isoma. Nah disini aku izin duluan karena harus ikut spiritual camp yang dibuat oleh kelas agama. Hasil kepoan sama temen-temen, setelah isoma itu kami diberi tugas untuk mewawancarai 2 jenderal dan 2 jenderil jadi total di blog nanti ada 3 jenderal dan 3 jenderil. Sebelum pulang, kami sharing pengalaman saat agitasi dan penerangan materi tadi.


Kalau kita melihat dari segi lain, osjur itu bukan hanya masalah agitasi atau apa, tapi penyampaian ilmu dan penurunan nilai. Sebenernya kita bisa belajar banyak dari osjur ini. Selain paham apa yang nanti bakal kita kerjain, kita juga tau harus mengambil sikap seperti apa saat di situasi tertentu. Semua balik lagi ke pemikiran kita masing-masing, ya. Tetep semangat, geng. Tunggu cerita PKKm selanjutnya, ya! Siapa tau ada kejadian tidak terduga lagi, hahaha. Salam gosok gigi! METEO!
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar:

  1. Salut deh sama post dewi yg ini, cukup detail menceritakan kejadian paling unik dan gokil hari itu... hahaha... berhubung karena aku yg mengalami kejadian gokil itu, aku jadi malu nyeritainnya di post'an aku... hehe... syukur dewi ceritain di post ini... jadi inget kejadin waktu kita pelukan itu nih... wkwkw... Semangat dewi, jangan lupa gosok gigi

    BalasHapus
  2. hahahahaha yampun tariii, iyaaa semangat juga ya. jangan nangis lagi dan jangan lupa gosok gigi :)))))

    BalasHapus