Hay
hay hay, kalian semua, apa kabar? Semoga baik-baik aja ya, geng. Tetep semangat
yaaa, karena aku semangat sekali untuk cerita kali ini hahaha. Yuk semangat,
yuk!
Hari
sabtu kemarin (27/9) adalah PKKM hari ke tiga. Seperti biasa kami kumpul di
selasar oktagon pukul 6.15 lalu kami cek spek mandiri dulu biar nanti waktu cek
spek bersama danlap nggak ada yang speknya salah atau kurang. Nah temen sekelompok
aku, kemas, dia jam 7 kurang 10 itu belum datang juga. Aku telfon dan ternyata
dia malah pulang ke kosan dulu buat mandi dan mandinya ngantri -_________-
okay, lanjut, lupakan soal kemas. Lalu sekitar pukul 7 lewat beberapa menit
kami berkumpul di selasar kebab untuk selanjutnya dimobilisasi yang dipimpin
oleh pendahulu (ternyata namanya kak Arif dan ternyata baik juga seru hahaha)
ke selasar gedung PLN. Disana kami bertemu taplok kami dan sampai saat itu
kemas belum juga muncul. Lalu dia mucul dengan ngos-ngosan dan slayer hilang.
Akhirnya dia minta izin untuk mencari slayernya dan untungnya ketemu!
Kami
dimobilisasi lagi menuju selasar coffee toffee. Diminta langsung membentuk
barisan dalam 20 hitungan sesuai janji kami kemarin. Kami diuji kehafalan NIM
dan nama lengkap. Karena dalam posisi tertekan dan tidak bisa berpikir jernih,
maka ada beberapa temanku yang salah menyebut nama dan nim. Kata danlap hafal
nama dan nim itu indikator bahwa kami saling mengenal. Tapi secara pribadi, aku
ga setuju dengan ucapan danlap. Dan kemas interupsi untuk hal itu. Hafal nama
dan nim gak akan ada artinya kalau kita ga tau karakter sama sifatnya. Setelah
diuji nama dan nim kami diuji PBB alias baris berbaris. Sayangnya kami masih
belum tepat waktu, sehingga harus menambah 20 hitungan. Jadi kami harus
menjalankan konsekuensi yang sebelumnya sudah kami sepakati. Karena Euis yang
menjamin kami bisa membentuk barisan dalam 20 hitungan, jadi Euis terkena
konsekuensi. Euis gak sepenuhnya salah, karena yang PBB bukan cuma Euis
seorang, tapi ada kami, Pradawihaya. Yang baris berbaris itu Pradawihaya. Sempet
ada miskom antara kami dan danlap. Kami kira saat kami tidak bisa membentuk
barisan dalam 20 hitungan, konsekuensi yang kami terima adalah push up SATU
seri untuk SEMUA hitungan keterlambatan. Tapi ternyata SATU seri untuk SATU
hitungan keterlambatan. Sempet ada perdebatan gitu, padahal kami juga menjadi
saksi. Agak kecewa sih, tapi yah apa daya. Dan setelah itu kami langsung
meminta maaf sama Euis. Dan Euis juga kayaknya agak kepancing emosi waktu
berdebat dengan danlap.
Flow
mulai naik dan banyak yang teriak-teriak tadisnya. Kami juga diuji kehafalan
lagu angkatan kami. Rey ternyata masih belum hafal lagu angkatan karena itu dia
diminta maju ke depan sama danlap Fikri. Akhirnya Kadek dan Rey maju ke depan
dan mereka diminta menyanyikan lagu angkatan bersama. Tiba-tiba ada seorang
jenderil berkerudung menghampiri aku. “Tau gak
lagu angkatan udah dishare?” dengan nada yang kurang ramah menurut aku
heheheh :D
“Siap
tau, jenderil.” Kataku. Lalu jenderilnya bertanya lagi, “apa yang udah kamu
lakuin? Kok masih ada yang belum hapal?” nadanya semakin tidak enak.
“Saya
udah bantu temen-temen ngingetin dan ngafalin lagunya ke temen-temen,
jenderil.” Jawab aku lagi, seadanya.
“Cuma
itu doang? Gak ada lagi? Mana pedulinya?” kata Jenderil itu lagi.
“Maaf
jenderil tapi menurut saya mengingatkan dan bantu temen ngafalin itu udah
termasuk salah satu bentu kepedulian, jenderil.” Kataku.
“Satu
doang bentuk kepeduliannya?” balas jenderil itu. Nah sebenernya aku mulai
capek, karena aku yakin ini perdebatan gak akan ada ujungnya. “Daripada tidak
sama sekali jenderil, satu aja udah menunjukan kepedulian menurut saya.”
Nah
mulailah perdebatan tanpa ujung antara aku dan jenderil itu, jenderilnya
keukeuh kalo aku tidak peduli sama angkatan karena cuma ngingetin doang.
Sementara menurut aku, satu itu lebih baik daripada nol atau tidak sama sekali.
Karena mulai capek dan kesal, akhirnya aku bertanya sama jenderilnya, “Maaf
jenderil saya gak ngerti jenderil nanya apa, tolong jelasin lagi jenderil nanya
apa, karena saya merasa pertanyaan jenderil berbeli-belit.”
“Apa
yang udah kamu lakuin buat lagu angkatan kamu?” katanya. Jarak jenderilnya sama
aku deket banget, jadi rambatan suaranya langsung masuk tepat ke telinga.
“Saya
udah ngingetin dan bantu ngafalin lagu angkatan ke temen-temen yang belum
hafal.” Kataku jelas.
“Itu
aja?” kata jenderilnya (lagi).
“Siap
iya, jenderil.” Kataku berusaha nggak kesel karena bagaimanapun jenderil lebih
tua dari aku dan aku harus sopan.
“Nah
bilang gitu aja susah, barusan kamu gak mau bilang kamu salah.” Sebentar, aku
salah di sebelah mananya, ya? Sebenernya aku gak terima dibilang salah, karena
aku gak merasa salah. Lah orang ngingetin orang kok dibilang salah. Karena gak
mau memperpanjang perdebatan lagi, akhirnya aku cuma bilang, “okay.” Lalu aku langsung
kembali memusatkan perhatian ke danlap. Jenderilnya gak tau bahwa sebenernya
yang rekaman lagu angkatan itu adalah aku, tari dan yuki. Jadi di dalem rekaman
lagu angkatan itu ada suara aku karena kami bertiga yang buat, kami bertiga
yang nyanyi.
Atas
ketidakhafalannya terhadap lagu angkatan, Rey dihukum push up. Nah saat ini
terjadi kejadian tidak terduga di angkatan kami, seperti biasa. Waktu Rey push
up itu Tari teriak dari belakang, “semangat, Rey!” dengan suara keras dan aksen
Bali yang masih kerasa. Karena terlalu berinisiatif, Tari dihampiri jenderil,
dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba Tari udah nangis waktu disuruh maju ke
depan sama danlap. Danlapnya minta Tari untuk mengulangi kata-katanya barusan.
“Semangat
teman-teman, jangan lupa tugas osjurnya, jangan lupa kuliah, jangan lupa mandi
dan jangan lupa gosok gigi.” Katanya sambil nangis di depan. Saat mendengar
kata gosok gigi itu, tawa aku langsung pecah. Beneran deh itu lucu banget,
maksudnya, lagi diagitasi tapi ada yang ngingetin gosok gigi. Nurunin flow
jadinya hahaha. Nah karena aku ketawa, akhirnya sama danlap yang ketawa disuruh
maju ke depan. Yang maju ada tiga orang, Ningsih, Euis dan aku. Kami ditanya
apa yang membuat kami tertawa dan aku menjawab aku tertawa karena mendengar tari
mengingatkan untuk gosok gigi. Lalu danlap bertanya kepada tari, “Apa
konsekuensi yang kamu berikan untuk mereka bertiga?”
Tari
menjawab, “izinkan mereka tertawa lagi, Jenderal.” Dan kamipun tertawa
berempat. Saat danlap meminta tari mengulang perkataannya, kami berempat malah
tertawa di depan, dengan tari yang masih nangis. Refleks, aku bilang, “Tari
juga semangat ya, jangan nangis lagi. Udah ya, gapapa.” Kataku sambil mengusap
air mata Tari. Tanpa diduga tari malah melingkarkan kedua tangannya hingga akhirnya
kami berpelukan di depan danlap! Ini adalah hal yang tidak pernah diduga akan
terjadi saat osjur. OSJUR geng, OSJUR! Dan kamipun membuat kehebohan.
Setelah
insiden pelukan itu kami kembali ke barisan dengan beberapa konsekuensi yang
didapat:
- Untuk Rey harus hafal nama, NIM,
karakter dan lagu angkatan.
- Hasby menggantikan Euis sebagai
PJ Spek.
- Eusi masih berhutang 15 seri.
- Dan jika kami tidak bisa
membentuk barisan dalam 40 hitungan, kami turun satu seri untuk setiap
satu hitungan keterlambatan.
Itulah
hasil agitasi hari itu. Selanjtunya kami dimobilisasi untuk diperkenalkan
dengan berbagai macam alat meteorologi di taman alat. Satu alat yang paling
menarik perhatian aku adalah Campbell
Stokes, yaitu alat untuk mengukur lamanya penyinaran matahari di suatu
tempat. Alatnya berbentuk seperti bola kaca para peramal. Itu beneran bulet
bening mirip bola peramal. Kami juga dikenalkan dengan ala-alat lain seperti
higrografi (pengukur kelembapan), anemometer (pengukur arah angin) dan
lain-lain. Lalu kami dikenalkan dengan
lembar hasil penelitian, namanya lembar
ME48. Kenapa namanya ME48? Aku juga gak tau wkwkwk. Lembar ini berisi
hasil penelitian dari mulai kelembapan, hasil pengukuran thermometer bola basah
dan bola kering sampai jenis dan tipe awan yang terlihat.
Kami
dimobilisasi lagi ke dalam labtek biru untuk diberi materi tentang tiga blok meteorologi;
sains atmosfer, meteorologi lingkungan dan instrumentasi meteorologi. Aku
sendiri tertarik dengan meteorologi lingkungan, kedengerannya masih ada biologi-biologinya
hahaha. Saat penerangan materi ini hadir juga kakak-kakak dari HMTL (Himpunan
Mahasiswa Teknik Lingkungan), HMP (Himpunan Mahasiswa Planologi) dan HMFT
(Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik). Dan kakak-kakak ini menjelaskan korelasi meteorologi
dengan keilmuan mereka. Kerjanya gimana dan seperti apa juga mereka jelaskan
hubungannya.
Setelah
penerangan materi, kami dimobilisasi lagi ke selasar kebab untuk review materi
dan isoma. Nah disini aku izin duluan karena harus ikut spiritual camp yang
dibuat oleh kelas agama. Hasil kepoan sama temen-temen, setelah isoma itu kami
diberi tugas untuk mewawancarai 2 jenderal dan 2 jenderil jadi total di blog
nanti ada 3 jenderal dan 3 jenderil. Sebelum pulang, kami sharing pengalaman
saat agitasi dan penerangan materi tadi.
Kalau
kita melihat dari segi lain, osjur itu bukan hanya masalah agitasi atau apa,
tapi penyampaian ilmu dan penurunan nilai. Sebenernya kita bisa belajar banyak
dari osjur ini. Selain paham apa yang nanti bakal kita kerjain, kita juga tau harus
mengambil sikap seperti apa saat di situasi tertentu. Semua balik lagi ke
pemikiran kita masing-masing, ya. Tetep semangat, geng. Tunggu cerita PKKm
selanjutnya, ya! Siapa tau ada kejadian tidak terduga lagi, hahaha. Salam gosok
gigi! METEO!
Salut deh sama post dewi yg ini, cukup detail menceritakan kejadian paling unik dan gokil hari itu... hahaha... berhubung karena aku yg mengalami kejadian gokil itu, aku jadi malu nyeritainnya di post'an aku... hehe... syukur dewi ceritain di post ini... jadi inget kejadin waktu kita pelukan itu nih... wkwkw... Semangat dewi, jangan lupa gosok gigi
BalasHapushahahahaha yampun tariii, iyaaa semangat juga ya. jangan nangis lagi dan jangan lupa gosok gigi :)))))
BalasHapus